Akhiran –isme
Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai kata-kata seperti modernisme, komunisme, dan kolonialisme. Dalam bahasa Inggris: modernism, communism, colonialism. Kalau
kita bandingkan bentuk-bentuk bahasa Belanda dan Inggris, kita akan
dapat mengambil kesimpulan bahwa kata-kata yang kita gunakan dalam
bahasa Indonesia sekarang yang berakhir dengan –isme kita pungut dari
bahasa Belanda dan bukan dari bahasa Inggris karena bentuk-bentuk bahasa
Indonesia lebih dekat kepada bentuk bahasa Belanda. Bahasa Malaysia
memungutnya dari bahasa Inggris dan menambahkan di belakang kata-kata
itu bunyi /a/ sehingga bentuknya menjadi modenisma, komunisma, kolonialisma. (bahasa Indonesia modern, bahasa Malaysia moden)
Akhiran –isme mengandung makna ‘ajaran, paham,
aliran’. Rupanya akhiran –isme pun dalam bahasa Indonesia mulai keluar
dari batas bahasa asalnya karena akhiran itu sering dilekatkan orang
pada bentuk dasar yang bukan kata Belanda atau Inggris. Dalam bahasa
Indonesia, kita jumpai pemakaian –isme seperti pada kata bentukan: wadamisme, bapakisme, Durnoisme. Wadam, bapak, dan Durno jelas bukan bahasa asing.
Kalau akhiran –isme itu makin tinggi frekuensi
pemakaiannya pada bentuk-bentuk dasar yang bukan bahasa Belanda atau
Inggris, maka akhiran itu tentulah harus kita masukkan pula ke dalam
golongan akhiran (sufiks) bahasa Indonesia. Hal itu akan ditentukan oleh
perkembangan bahasa Indonesia selanjutnya.
Akhiran –isasi
Akhiran –isasi kita jumpai pada kata-kata bentukan seperti spesialisasi, modernisasi, liberalisasi, netralisasi. Bandingkan dengan bahasa Belanda: specialisatie, modernisatie, liberalisatie, neutralisatie, dan bahasa Inggris: specialization, modernization, neutralization. Akhir kata –tie dalam
bahasa Belanda dilafalkan sebagai /si/ dalam bahasa Indonesia. Oleh
karena lafal bahasa Indonesia lebih dekat kepada lafal bahasa Belanda
dibandingkan dengan lafal bahasa Inggris, kita dapat mengatakan
kata-kata pungut seperti itu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa
Belanda.
Di samping kata bentukan dengan akhiran –isasi, ada pula kata pungut yang berakhir dengan bunyi –asi atau –si saja. Dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ditentukan sebagai berikut:
-(a)tie, (a)tion menjadi –asi, -si
actie, action menjadi aksi
publicate, publication menjadi publikasi
Berdasarkan ketentuan itu, jelas bagi kita bahwa bentuk bahasa Belandalah yang kita pungut ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam pemakaian bahasa, selalu tampak bahwa pemakai
bahasa sering lebih senang menggunakan kata asing walaupun ada kata
Indonesia asli yang searti dengan kata asing itu. Atau menggunakan
bentukan bentukan yang meniru bentukan asing walaupun dalam bahasa
Indonesia ada cara membentuk kata dengan pengertian seperti itu.
Misalnya, orang lebih senang menggunakan bentuk modernisasi daripada pemodernan; netralisasi daripada penetralan; Indonesianisasi daripada pengindonesiaan. Karena itu, muncul bentuk-bentuk seperti: turinisasi ‘penghijauan dengan menanam pohon turi’, pompanisasi ‘pemakaian pompa untuk mengairi sawah’, bahkan ada bentuk lelenisasi (lele nama ikan).
Sebaiknya analogi bentukan semacam itu kita batasi.
Kalau dapat, gunakanlah cara asli dalam bentuk kata-kata Indonesia.
Misalnya, dalam hal seperti itu, bila dapat kita gunakan imbuhan pe-an, janganlah kita menggunakan bentukan dengan –isasi. Pengindonesiaan tidak usah dikatakan Indonesianisasi, dan sebagainya.
Diambil dari buku “Inilah Bahasa Indonesia yang Benar” karangan J.S. Badudu.
http://sastranesia.com
0 comments:
Post a Comment